SHINE A LIGHT : DENGAN KECINTAAN ROLLING STONES BERMAIN MUSIK

Pada pertengahan Agustus lalu saya menerima kiriman DVD   ZZ TOP Live From Texas dan Film Rolling Stones, garapan sutradara Martin Scorsese, SHINE A LIGHT. Berikut ini adalah catatan saya tentang film  “SHINE A LIGHT” yang menurut hemat saya walaupun masih memperlihatkan sosok Rolling Stones yang liar, raw, tapi terasa indah dibandingkan film-film Stones terdahulu…

Selain itu film ini juga mengajarkan bahwa usia bukan pantangan untuk tetap menyajikan sesuatu yang bermutu pada khalyak. Rolling Stones dengan para pemusik yang berusia di atas 60 tahun telah membuktikan itu. They Still love Rock n Roll and They Proove It !

Pada edisi ke 100 majalah hiburan musik dan film terbitan Inggris UNCUT, yang terbit pada bulan September 2005, kepada 100 tokoh musik, film dan penulis terkemuka, ditanyakan apakah karya (musik, novel atau film) yang paling berpengaruh, dan punya dampak luar biasa pada mereka, maka bagi Keith Richards itu adalah lagu “Johnny B Goode” karya Chuck Berry (1957).

“Saya baru berusia sekitar 13 atau 14 tahun ketika pertama kali mendengar lagu tersebut, saat itu saya sedang ada di sebuah bar kopi, di Dartford. Lagu luar biasa. Seolah mengajak kita terbang. Semacam ada magic antara Chuck dan bandnya. Seperti halnya saya dan Mick (Jagger) atau John dan Paul. Pada nada terakhir lagu tersebut kita bisa membayangkan semua pemusik tersebut saling tersenyum satu sama laiin dengan kebahagian, karena mereka tahu mereka baru saja menyelesaikan suatu hal yang bagus.”

Dan itu pula yang tergambar pada konser the Rolling Stones, di Beacon Theatre, New York pada akhir tahun 2006 yang diabadikan oleh Martin Scorsese ( New York, New York ; The Last Waltz; No Direction Home) dalam film “Shine A Light”. Senyum seolah membayangi atmosfir pertunjukan the Stones, dan chemistry antara Mick Jagger dan Keith Ricahed begitu terasa, dua orang inilah roh The Rolling Stones, sesungguhnya.

*

10 menit pertama film “Shine A Light” menceritakan persiapan penggarapan film ini, yang koordinasinya dilakukan jarak jauh, antara Martin Scorsese (dan timnya) dengan Mick Jagger (cs). Martin Scorsese di New York, The Rolling Stones sedang keliling dunia dalam rangkaian Big Bang Tournya. Adegan dibuka saat Mick Jagger cs berada di London, mereka sedang mengamati panggung miniatur Beacon Thetre dimana di atasnya ada boneka-boneka-boneka kecil yang sedang memegang alat musik “Seperti rumah Boneka,” kata Jagger. Kemudian adegan pindah ke Chicago, Mick jagger cs kemabali mengamati panggung kecil, yang merupakan setting panggung yang ditawarkan Martin Scorsese. Terus berlanjut ketika Stones di Detroit, di Vancouver Kanda. “Putusan akhir susah kita buat kalau kita tidak pernah bertemu di satu tempat,” kata salah seorang anggota Tim dari Martin Scorsese. Bahkan enam hari sebelum pertunjukan berlangsung, Martin Scorsese, belum memperoleh kepastian daftar lagu yang akan dimainkan oleh The Stones. “Saya perlu itu karena semisal intronya dimulai dengan gitar, biasanya itu Keith, maka kamera akan mengarah ke sana. Jika intro dimulai dari organ kemudian masuk ke vocal Mick Jagger, maka kamera mengarah ke Mick Jagger.” Maka yang bisa dilakukan oleh Martin Scorsese adalah mempelajari semua lagu-lagu yang biasa di bawakan oleh Rolling Stones di atas panggung dengan berbagai kemungkinannya.

Bagian persiapan penggarapan ini memang menarik, 10 menit mengalir tanpa terasa. Yang terasa justru profesionalisme, dan bagaimana kedua tokoh yang berkarakter kuat, seperti Mick Jagger dan Martin Scorsese, berproses menyatukan visi , hingga nantinya mengerucut menjadi satu titik temu. Selain itu disini juga kita bisa melihat bagaimana Mick Jagger begitu peduli pada kenyamanan penonton, pertelpon ia menghubungi Martin Scorsese, “Saya keberatan dengan rencana kamera belalai yang naik turun di atas penonton, itu bisa membuat tidak nyaman dan membahayakan penonton,” katanya. Sedangkan mengenai daftar lagu yang diminta Martin Scorsese, Mick bukan tidak peduli. Di atas pesawat ia tampak serius mecorat coret daftar lagu. “Ini untuk yang di Austin, ini yang di Beacon Theatre” gumamnya. Tapi toh Mick tetap belum bisa menghasilkan daftar pasti untuk di Beacon Theatre. Hingga kita sampai pada adegan Mick di kamar suatu Hotel, sambil ketawa-ketawa berkata, “Tenang Marty, daftar lagu pasti jadi. Pada malam pertunjukan…” Adegan yang tak kalah menarik adalah ketika Stones akhirnya melakukan sound check di Beacon Theatre. Mereka kedatangan tamu terhormat, Bill Clinton. Bill tidak datang sendiri, ia bersama keluarganya, termasuk Hillary Clinton, Dorothy Clinton dan kerabat Bill yang lain. Bagaimana masing-masing anggota Stones menyambut Bill Clinton, secara tidak langsung memperlihatkan kebesaram dan kesetaraan grup Rock seperti the Rolling Stones dengan tokoh sekaliber Bill Clinton.

*

Akhirnya daftar lagu yang dinanti oleh Martin Scorsese tiba juga. Beberapa detik menjelang pertunjukan dimulai. Diruang pengendali pengambilan gambar, seseorang menyerahkan selembar kertas, “Song List,” katanya. Kertas langsung disambar oleh Martin Scorsese, dan lanngsung menginstrusikan kepada kameramannya, “Gitar,” katanya, setelah ia melihat bahwa lagu pertama adalah “Jumping Jack Flash”, dan bersamaan dengan naiknya layar di atas panggung intro gitar yang dimainkan oleh Keith Richard terdengar, menandai dimulainyan konser The Stones di gedung berkapasitas 2800 penonton ini.

Lagu “Jumping Jack Flash,” kemudian disambung dengan lagu “Shatered,” “She Was Hot” dan “All Down The Line”, semuanya lagu berirama cepat, sebelum akhirnya masuk pada lagu berirama medium, “Loving Cup”, yang menyajikan duet antara Mick Jagger dan Jack White Iii, yang kemudian disambung dengan lagu lama (klasik ), yang dimulai dengan kata-kata dari Mick Jagger “ Berikutnya akan kami bawakan lagu lama, yang setelah selesai kami tulis, kami nggak pede untuk menyanyikan hingga kami serahkan pada orang lain untuk menyanyikannya… “ Tampak Keith Richards duduk sambil menyandang gitar 12 snar, dan mulai memetik dawai-dawai gitarnya, hingga terbentuk intro lagu “As Tears Go By”, dan melantunlah vocal Mick Jagger, It is the evening of the day……… I Sit and watch the children play … dst” Sebuah lagu yang pada tahun 60 an sebelum dibawakan oleh Rolling Stones, dinyanyikan dan direkam oleh Marriane Faitfull.

Berikutnya adalah lagu “Some Girls”, “Just My Imagination,” dan “Faraway Eyes”. Pada lagu “Faraway Eyes,” yang berirama country, kita dipertunjukan pada Ron Wood yang meminkan gitar hawaian, dan yang tak kalah menarik adalah duet vocal Mick Jagger dan Keith Richard, nampak jelas bahwa mereka berdua adalah soul-mates. Berikutnya adalah lagu blues, duet antara The Rolling Stones dan Buddy Guy…. suatu momen yang tak boleh dilewatkan oleh para penggemar blues… ya duet Buddy Guy dengan The Rolling Stones, karena selain bernyani duet dengan Mick Jagger, Buddy Guy juga berduet gitar dengan Keith Richards. “Give me champagne when I’m thirtsty….and give me reefer when i wanna get high…” “Champagne And Reefer”, lagu yang pertama kali saya dengar dibawakan oleh Muddy Water,” kata Jagger pada penonton..

Lalu masuk lagi pada lagu yang berirama cepat “Tumbling Dice”. Yang kemudian disambung dengan memperkenalkan para pemain kepada penonton oleh Mick Jagger, sangat komunikatif, yang ternyata mengantar kita pada lagu “You Got the Silver’ yang dibawakan oleh Keith Richards dengan gaya nyentriknya. Ada sedikit clip tentang Keith Richards, kemudian ada potongan lagu “Conection” yang juga dibawakan oleh Keith Richards, sebelum akhirnya masuk pada lagu “Symphaty For The Devil” yang kemudian disambung dengan lagu “Live With Me.” Kali ini Jagger berduet dengan Dewi Persik Amerika—duet yang hot—dengan Christina Aguilera. Dari sini ada lagu “Start Me Up”, “Brown Sugar,” dan ditutup oleh lagu “I Cant Get No Satisfaction”.

*

Pada salah satu klip yang disisipkan pada film ini ada bagian wawancara Mick Jagger dengan Dick Cavet (acara Dick Cavet Show) di salah satu jaringan TV di Amerika pada tahun 70 an, Dick Cavet bertanya ( saat itu Jager masih berusia 20 tahunan) “Bisakah anda melakukan hal yang sama pada saat anda nanti berusia 60 tahun ?” Jawab Jager “ Dengan Mudah” katanya.

Lewat The Bing Bang Tournya, dan terutama bagi kita adalah lewat konser di The Beacon Theatre pada akhir tahun 2006, Mick Jagger yang kelahiran tahun 1943, Keith Richards yang juga kelahiran 1943 dan Charlie Watts yang kelahiran 1941, mampu membuktikan itu. Konser mereka masih menggigit. Masih liar. Masih ‘raw’. Tak menunjukan tanda-tanda sudah udzur, walaupun secara fisik kita melihat kerut-kerut di wajah mereka.

Martin Scorsese sangat piawai dalam merekam ini semua. Ia memilih Beacon Theatre, dengan kapasitas 2800 penonton, ketimbang mengikuti keinginan Mick Jagger untuk mengambil lokasi shooting di pantai Rio De Janeiro puncak “Big Bang Tour”, dimana Stones sudah ditunggu ratusan ribu calon penotonnya. Beacon theatre memungkin semua faktor lebih terkendali, demikian argumentasi Martin Scorsese. Hasilnya memang prima. Pengambilan-pengambilan gambarnya, membuat orang yang menonton di bioskop akan bisa merasa berada di tengah penonton yang ada di Beacon Theatre. Lagu-lagu yang dihadirkan, walau diantara beberapa lagu di sisipkan cuplikan wawancara personel Stones pada masa lalu, nyaris tidak menganggu, hingga mengalir sedemikian rupa membuat kita sulit berhenti jika menyaksikan film ini, sebelum lagu terakhir.

Kalau ada saat yang agak mengganggu, itu adalah pada bagian sisipan penonjolan sosok Keith Richards, ketika ia habis menyanyikan lagu “You Got The Silver”, masuk pada lagu “Conection”nya (yang juga dinyanyikan oleh Keith) agak kurang enak. Sepertinya klimaks pertunjukannya di sini. Maka ketika Jagger mulai menyanyikan lagu “Symphaty for the Devil” seolah suasana pertunjukan harus dibangun lagi. Tapi secara keseluruhan film (DVD) ini oke. Sound, luar biasa, kita bisa menangkap suara gitar Keith Richard dan gitar Ron Wood, dengan sangat jelas. Artikulasi ucapan Jagger terdengar sangat jelas. Lagu “Loving Cup” dan lagu “Faraway Eyes” adalah lagu yang tak terlalu akrab dengan saya sebelumnya. Tapi setelah menyaksikan film ini. Terus terang saya jadi suka. Dan yang lebih penting, hampir disemua akhir lagu, anggota the Stones mengumbar senyum. Mereka enjoy bermain musik . Itu yang membuat mereka tak tampak lelah ketika pertunjukan berakhir. Kegembiraan lah yang tergambar di wajah mereka.

Explore posts in the same categories: Uncategorized

One Comment pada “SHINE A LIGHT : DENGAN KECINTAAN ROLLING STONES BERMAIN MUSIK”

  1. Iwan-cijerah Says:

    Saya sangat puas nonton langsung penampilan the rolling stones pada tgl 10 okt lalu.Dan yg paling berkesan saat “Champagne And Reefer” dilantunkan bersama Buddy Guy,Sungguh kolaborasi yg sempurna.Sampai saat ini saya masih merinding kalo mendengar lalu itu.suskse buat blues mara.


Tinggalkan komentar